Sabtu, 01 September 2007

Nikmat Allah yang Terbesar (QAWAT edisi ke-18)

Assalamualaikum akhwat IC!
Alhamdulillah, kita masih diberikan kemurahan oleh Allah,
kemudahan oleh Allah,
untuk kembali menikmati Qawat di hari Jumat.
Coba akhwat IC renungi,
sering kita berucap “alhamdulillah”.
Namun apalah artinya?
Mensyukuri nikmat Allah-kah?
Tapi nikmat Allah yang mana?

Alhamdulillah, alhamdulillah.
Artinya segala puji bagi Allah.
Diungkapkan ketika kita merasakan nikmat Allah,
ketika kita merasa dekat dengan-Nya,
ketika kita merasa diperhatikan oleh-Nya,
di antara ratusan juta penghuni alam semesta-Nya yang begitu agung.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Begitu banyak hal di dalam hidup kita yang patut untuk disyukuri.
Umur kita,
kesehatan kita,
kepintaran kita,
harta kita,
jasmani kita.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Namun di antara sekian banyak nikmat Allah itu,
pernahkah kita berterima kasih kepada-Nya?
Menunjukkan cinta kepada-Nya,
seperti Ia menunjukkan cinta-Nya kepada kita,
setiap hari, jam, menit dan detik?
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Ah, tapi walaupun kita tahu apa yang kita miliki sekarang adalah fana belaka,
hanya milik Allah
dan pasti akan kembali kepada-Nya,
seringkali kita lupa,
tidak rela dan tidak ikhlas,
jika nikmat Allah yang fana diambil sekarang.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Jika kita saat ini ditanyai,
apakah kita siap untuk mati, apakah kita siap untuk menyambut maut?
Pasti kita akan menjawab,
belum, belum siap.
Amalanku belum banyak,
dan aku belum siap untuk menghadapi siksa kubur.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Jika kita diberi sakit yang berkepanjangan seperti Nabi Ayub saat ini,
Pasti kita akan mengeluh dan menggerutu,
pekerjaanku masih banyak,
mengapa aku jatuh sakit?
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Jika kita saat ini diberi oleh-Nya nilai TB di bawah NK saat ini,
Pasti kita akan kecewa.
Mengapa nilaiku tidak sebagus yang lain?
Mengapa nilaiku yang terendah di antara yang lain?
Mengapa Engkau begitu tega memberikan nilai yang begitu kecil padaku?
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Jika kita saat ini hidup di IC dengan uang saku pas-pasan dan terbatas,
Pasti kita akan memberengut,
membayangkan kehidupan kawan-kawan kita,
yang setiap minggu diberikan uang saku.
Lalu kita berkata,
mengapa rezekiku terlalu sedikit?
Mengapa aku tidak punya barang seperti miliknya?
Mengapa Engkau menjadikan kehidupanku begitu sulit?
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Jika kita melihat teman kita yang lebih cantik kemudian kita bercermin saat ini juga,
Pasti kita akan cemberut.
Membuat wajah yang seharusnya cantik menjadi tidak cantik.
Pasti kita akan berkata begini,
Mengapa mukaku seperti ini?
Mengapa aku tidak secantik dia?
Atau saat kita melihat betapa tidak proporsionalnya tubuh kita,
keluarlah dari mulut perkataan seperti ini,
Mengapa Engkau tidak menciptakan aku dengan tubuh tinggi?
Mengapa Engkau menakdirkan aku begitu gendut?
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah.
Yang telah menurunkan air untuk menghidupkan negeri yang mati.
Yang telah menciptakan lebah untuk menghasilkan madu.
Yang telah memisahkan susu yang bersih dari darah dan kotoran.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Lihatlah, begitu sempurnanya alam dunia ini tercipta.
Air tidak pernah mengeluh,
mengapa dalam siklusnya ia harus masuk ke selokan.
Lebah tidak pernah cemberut,
menghadapi kenyataan bahwa ia harus menciptakan madu,
dan madu ciptaannya itu diambil oleh manusia.
Sapi pun tidak pernah memberontak,
saat ia diperah dan diminum susunya oleh manusia,
dan manusia yang meminumnya malah menghancurkan alamnya, tempat tinggalnya.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Betapa ikhlasnya mereka.
Selalu memberi, tanpa mengharap imbalan apa-apa,
dari manusia.
Satu imbalan yang mereka minta,
yang harus terus ada,
yang harus terus mengalir.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Mereka hanya butuh cinta.
Ya, hanya itu.
Cinta dari Allah yang paling hakiki, abadi.
Tidak akan lekang karena panas,
tidak akan lapuk kala hujan.
Semua bertasbih menyebut-Nya,
Dia yang Maha Pengasih,
Maha Pemurah,
Maha Penyayang.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Bagi mereka,
tak jadi soal apabila madu mereka diambil.
Bagi mereka,
tak jadi masalah bila susu mereka diperah.
Bagi mereka,
bukan musibah saat tubuhnya rusak, bersatu dengan kotoran di selokan.
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Itulah yang harus kita kejar, kawan.
Nikmat yang terbesar, yang abadi.
Cinta kita kepada-Nya.
Melakukan apapun untuk menggapai-Nya,
seperti air, lebah dan sapi.
Bukankah mereka melakukan semuanya karena perintah Allah,
dan mereka tidak pernah protes sama sekali?
Alhamdulillah, alhamdulillah.
Jadikanlah nikmat yang fana di dunia ini,
sebagai titian untuk menggapai nikmat yang sebenarnya.
Sebab, jika kita telah mencintai Allah,
Allah akan mencintai kita.
Kita menjadi berserah diri kepada Allah,
dan kita percaya,
bahwa tidak akan Ia memberikan sesuatu yang buruk,
kepada seseorang yang dicintai-Nya.
Seseorang yang taat kepada-Nya.
Seseorang yang rindu dengan-Nya.
Seseorang yang tidak menduakan-Nya.
Seseorang yang selalu mengingat-Nya,
bertasbih, berzikir dan memohon ampunan-Nya,
baik dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring.
Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Segala puji bagi Allah,
segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam.

Wassalamualaikum!

Tidak ada komentar: