Assalamualaikum!
Alhamdulillah, besok kita udah pulang ke rumah nih! Ga kerasa ya, ternyata udah tiga minggu kita melaksanakan ibadah puasa dan bulan Syawal udah di depan mata aja. Kalo melaksanakan puasa di IC, emang serasa ga puasa nih! Soalnya di sini kita jadi orang sibuk terus sih, tahu-tahu udah buka aja, hehehe…
Oya, akhwat IC, di edisi Qawat yang terakhir ini (sebelum liburan yang panjang maksudnya), entah dari mana, Qawat dapat ilham untuk mengangkat topik tentang kebiasaan yang sering kita lakukan namun kurang bermanfaat untuk diterapkan. Menyalahkan keadaan di mana kita sedang berada adalah suatu habit yang bisa merusak mood kita seharian lantaran kita merasa ga enak, ga menikmati situasi tersebut. Ga jarang, karena keadaan yang ga mendukung tersebut akibatnya bisa merembet ke mana-mana. Contohnya, bisa membuat diri kita sakit, padahal diri kita sedang sehat or istilah kerennya yaitu penyakit psikis.
Sangat penting bagi diri kita untuk menikmati setiap keadaan yang sedang kita jalani. Kalo ga demikian, gimana kita mau menjalani hidup ini dengan tenang? Hidup ini selalu penuh dengan ujian dan masalah, karena itulah inti dari kehidupan yang sedang kita jalani sekarang. Nah, kalo setiap keadaan yang kita lewati kita selalu merasa tersiksa dan selalu merasa iri dengan keadaan orang lain yang menurut kita lebih beruntung daripada kita, bisa-bisa yang kita dapatkan adalah kesengsaraan seumur hidup, padahal (seperti yang Qawat sering bilang) hidup ini cuma sekali! Do your best, gals! And live like you want by making your own condition which you like the most!
Ciri-ciri Pelaku
Kayak yang tadi Qawat udah bilang, keadaan yang kita inginkan itu ada karena kita yang menciptakan, bukan datang sendiri. Ya, ada aja sih yang lagi hoki tiba-tiba gitu, dapat uang dua puluh juta dari undian misalnya. Tapi, berapa sih peluang dari keadaan tersebut bisa menimpa kita (kombinasi atau permutasi nih? Hehehe…)? Gimana dengan orang yang seumur hidupnya ga ditakdirkan buat memenangkan undian satu pun plus hidupnya melarat. Apakah dia bisa mendapatkan uang dua puluh juta itu?
Jawabannya, mungkin-mungkin aja tuh! Kenapa ga? Kayaknya udah garing banget deh kalo Qawat bilang, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Apa sih yang ga mungkin terjadi di dunia?
Kita andaikan orang yang melarat bin ga hoki itu hobinya suka menyalahkan keadaan. Dia merasa bahwa keadaannya sekarang disebabkan oleh nasib yang ga berpihak sama dia.
Orang tersebut bekerja namun sering membandingkan nasibnya dengan orang lain yang menurut dia jauh lebih baik tanpa harus bekerja sekeras dia. Menurut dia, percuma aja kita bekerja kalo hasilnya ga sesuai dengan apa yang kita inginkan. Saking sibuknya membandingkan dirinya dengan orang lain, jadinya gitu deh, dia kurang termotivasi buat mengubah taraf hidupnya dia karena beranggapan bahwa nasib lebih menentukan daripada usahanya.
Cerita kedua datang dari IC asli. Gini lo, ada suatu kamar yang penghuninya hobi berkelana ke kamar yang lain alias ga betah diem di kamar. Salah satu penghuninya merasa ga betah banget, karena antar satu penghuni dengan penghuni yang lain kurang kompak. Dia sering membanding-bandingkan kamarnya dengan kamar sebelah yang anak-anaknya solid dan saling peduli. Ia juga menyalahkan teman-temannya, karena suasana kamar yang seperti itu, nilai dia jeblok semua. Tiga teman yang lain merasa jengkel dan gondok banget kalo orang tersebut udah ngomong kayak gitu. Tiga orang tersebut berpikir hal yang sama bahwa keadaan kamar yang mereka tempati tentu aja berbeda dengan suasana kamar sebelah karena orang yang menempatinya udah jelas beda. Mereka beranggapan, teman mereka yang satu itu ga menghargai usaha mereka untuk menyatukan kamar dan hanya mementingkan hasilnya aja.
Akhirnya, karena teman yang satu itu terus ngedumel sama keadaan kamar mereka, tiga teman yang lain makin menjauh dan tidak terbentuk rasa keterikatan di antara mereka.
Wajar dan Manusiawi
Sist, emang bukan rahasia lagi kalo kita bakal menghadapi situasi yang ga kita inginkan sama sekali. Yah, siapa sih yang mau hidupnya melarat? Atau siapa sih yang suka teman sekamarnya sibuk terus? Ga ada kan? Inginnya sih semua berjalan dengan baik dan ideal. Hidup berkecukupan dan mempunyai teman kamar yang ada di sisi kita ketika kita membutuhkan. Itu wajar dan manusiawi banget karena naluri kita sebagai manusia yang maunya bersenang-senang.
But, seandainya hal itu benar-benar terjadi, hidup ga bakalan ada tantangannya, gals! Seperti Qawat katakan waktu pembukaan, inti dari hidup adalah menerjang maju, melibas masalah. Jadi, masalah dalam hidup itu udah pasti terjadi, udah sunnatullah. Tinggal gimana cara kita memandangnya aja, apakah kita memikirkan hambatan dari masalah tersebut atau malah mencari solusi darinya.
Yang jadi masalah adalah kalo di setiap keadaan kita selalu menyalahkan keadaan tersebut, kita ga bakalan bisa maju-maju.
George Bernard Shaw, seorang penulis drama Inggris, memaparkan gagasan yang bagus banget. Dia bilang gini, “Orang selalu menyalahkan keadaan. Saya tidak percaya kepada keadaan. Orang yang berhasil di dunia ini adalah orang-orang yang bangkit dan mencari keadaan-keadaan yang mereka inginkan dan kalau tidak bertemu, mereka ciptakan keadaan-keadaan tersebut.”
Wow, subhanallah… dalem banget nih maksudnya! Ia menyarankan agar kita ga ngomel terus, menyalahkan keadaan. Tapi bangkit untuk mencari keadaan yang kita inginkan atau membuatnya sendiri apabila emang benar-benar ga ada. Well, ya kalo kita pikir-pikir, kalo terus menerus menyalahkan keadaan, yang ada pasti ga bakalan ada abisnya. So, daripada ngomong aja, take action dong!
Usaha bukan Hasil!
Akhwat IC tercinta, ketika kita mau mengubah keadaan, adakalanya hasil yang kita dapatkan ga sesuai sama tujuan kita semula.
Ada orang yang sekali belajar matematika lansung mengerti, namun diri kita sendiri walaupun telah melakukan dua puluh kali pengulangan, tetap aja ga mengerti-mengerti. Gimana tuh ya?
Sebenarnya, ketika kita ingin mempunyai kemampuan seperti orang lain, hal itu bukanlah perbuatan yang salah. Bahkan, hal itu bisa jadi motivator kita untuk selalu meningkatkan kemampuan diri.
Akan tetapi, akhwat IC, hal ini menjadi masalah ketika kita menjadi harus seperti dia. Padahal, pada hakekatnya diri kita berbeda dengan orang tersebut. Lama kelamaan, karena kita ga menampakkan hasil yang sama dengan dia, kita mulai stres dan depresi serta frustasi.
Gals! Ubah cara pandang kita dong! Kita jangan jadi orang yang maunya Cuma nuntut hasil aja, tapi usaha yang kita lakukan, juga harus kita hargai. Kenapa? Ya karena itu tadi, diri kita emang diciptakan berbeda-beda. Kalo kita hanya mengharapkan hasil akhir, kita bisa down sendiri kalo hasil yang kita harapkan ga sesuai dengan impian.
Oiya, satu lagi yang perlu diingat, hasil akhir itu yang menentukan adalah Allah. Ya udah, jadi daripada kita sibuk menyamakan kemampuan kita dengan orang lain namun ga menampakkan hasil, lebih baik kita menghargai setiap usaha yang kita lakukan ke arah sana supaya kita ga frustasi sendiri. Lihatlah ke dalam diri kita, siapa tahu kita berbakat di bidang lain, yah… yah… who knows, kan?
What should We Do?
Jadi, take action yang bagaimana yang harus kita lakukan ketika menurut kita datang keadaan yang ga menguntungkan? Hmm… Mungkin beberapa saran dari Qawat ini bisa sedikit membantu, hehehe… wah, kayaknya Qawat bisa buka biro konsultasi sendiri nih!
Pertama, ubah cara pandang dengan dengan ber-husnudzon kepada Allah. Tidakkah Allah menciptakan sesuatu dengan sia-sia, bukan? Positive thinking aja, karena dengan begitu kita pasti berpikir bahwa inilah jalan terbaik yang Allah kasih.
Kedua, yakinkan diri kita bahwa masalah dan keadaan yang ga menyenangkan adalah bagian dari hidup dan pasti terjadi dengan diri kita, cepat atau lambat. Intinya, kita ga perlu panik saat itu datang. Malah kita harusnya bersemangat untuk menjadikan hal tersebut sebagai ladang amal dan ajang untuk memperbaiki diri. Iya kan? Daripada kita pusing memikirkan kenapa keadaan itu datang, lebih baik kita segera berbenah diri untuk menghadapinya.
Ketiga, pikirkan keadaan yang kita inginkan dan bagaimana cara untuk menggapainya. Di sini nih, kita ditantang untuk memanfaatkan akal budi yang udah dikasih sama Allah kepada kita. Mantapkan diri kalo kita ingin berubah dan ga ingin berada dalam keadaan tersebut supaya hidup kita lebih baik. Masa seorang muslimah mau menjadikan hari esok lebih jelek daripada hari ini? Iih… ga lah yaw!!
Keempat, ikhtiar a.k.a berusaha semaksimal mungkin. Ketika berikhtiar, hargai setiap kemajuan yang kita capai, sekecil apapun itu. Ga usah nengok ke kiri atau ke kanan, membandingkan dengan hasil yang udah dicapai sama orang lain ketika kedudukannya sama dengan kita. Fokus dan konsentrasi menjadi kuncinya, jangan sampai terpengaruh orang lain. Melihat hasil pekerjaan orang lain sebenarnya boleh-boleh aja, asal setelah kita melihat hasil pekerjaan orang lain ujung-ujungnya ga mengutuk diri sendiri asal kita kita udah berusaha dan bertekad semampu kita. Ingatlah, diri kita ini diciptakan unik dan berbeda dengan orang lain yang otomatis pasti punya kemampuan yang berbeda pula. Dengan melakukan hal ini, berarti kita telah menghargai diri kita sendiri.
Kelima, jangan lupa doanya sama Allah nih! Takdir, nasib dan segala macam keputusan itu kan di tangan Allah. Maka, kita ga perlu ber-stres ria dalam menunggu hasil asalkan kita udah mencoba dengan yang terbaik dari diri kita sendiri.
Keenam, kalo berhasil gimana? Syukur alhmdulillah, berarti usaha kita ga sia-sia. Namun bukan berarti kalo kita gagal, usaha kita itu sia-sia dan kita kembali menyalahkan keadaan lo! Salah besar, kalo ada orang bilang dia percuma melakukan usaha tersebut padahal hasilnya gagal. Bisa jadi, kegagalan tersebut adalah pengalaman berharga yang ga mungkin kita dapatkan dua kali. Lagipula, kegagalan itu juga bagian dari hiudp kok! Kalo ga ada kegagalan, kita ga bakalan pernah tahu, apa rasanya sukses itu. OK, sekian dulu aja yaa!!
Taqabbalallahu minna wa minkum…
Syukron…
Wassalamualaikum…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar