Sabtu, 01 September 2007

Ikhwan vs Akhwat (QAWAT edisi ke-6)

Assalamualaikum, gals! Alhamdulillah, Qawat masih bisa menyapa antunna dalam bulan Ramadhan ini. Gimana ibadahnya? Ada peningkatan ga? Waduh, kalo ga ada peningkatan bisa rugi di ongkos tuh! Iya, kita Cuma dapat lapar dan haus tapi pahala kita jumlahnya stagnan alias ga bertambah-tambah. Hehehe… bagi yang belum tobat, masih ada kesempatan kok! Ayo, kejar terus hadiahnya dan door prize-nya!
Di cuaca yang panas menyengat ini (matahari sedang tepat berada di atas khatulistiwa soalnya), Qawat sebagai penyejuk hati akhwat IC (cieee… amiiin…) ingin membahas tentang sesuatu yang hot juga, tapi bisa mendinginkan suasana. Hmm… basi sih sebenarnya, tapi ga bosen buat diungkit-ungkit (emangnya jungkat-jungkit?). Ih, emangnya apaan? Ya, gitu deh, Qawat yakin akhwat IC udah pada pinter masalah kayak beginian. Lha, fisika en matematikanya lulus terus kok (lulus remed tapi… hehehe)! Daripada berlama-lama, mendingan Qawat kasih tahu sekalian kalo kita sekarang mau membahas tentang hubungan ikhwan dan akhwat!
Nah, basi dan garing kan temanya? Tapi still up-to-date buat kita telaah dan jadi bahan pemikiran kita sebagai akhwat yang menjaga harga dirinya sebagai makhluk Allah. Berhubung Qawat sangat yakin kalo di antara kita semua udah pada tahu tentang ini, di sini Qawat hanya jadi reminder alias alarm aja supaya kita semua ga lupa akan jati diri kita di depan ikhwan dan tetap mencerminkan sikap kita sebagai muslimah tangguh (apaan sih?). Huhuhu… so, are you ready?

We are Priceless
Well, akhwat IC, sebelum kita masuk pembahasan kita yang utama, gimana kalo kita membahas suatu hal yang fundamental banget dalam kehidupan bersosialisasi kita dengan lawan jenis? Kita perlu tahu dong, supaya kita ga rancu nantinya ketika kita menjalankan syariat Islam itu sendiri dalam hal pergaulan. Insya Allah, kalo kita udah punya dasar kenapa kita melakukan hal tersebut, ke-istiqamah-an kita bisa terjaga dan kita ga mudah untuk berpindah prinsip.
Oke, jadi ceritanya kenapa kita itu diwajibkan untuk menjaga diri (salah satunya dengan berjilbab), sebenarnya bukan untuk menutupi kecantikan kita lo! Iya, itu benar. Yang sesungguhnya terjadi adalah syariat itu diberlakukan supaya kecantikan kita tetap terjaga, karena setiap diri kita itu indah dan berharga. Ciee… hahaha… Qawat ngegombal nih! Astaghfirullahaladziim… masa Qawat berani ngibul di bulan yang mubarak ini? Beneran lah, that’s the fact, gals! Coba, sekarang Qawat tanya, emangnya ada cewek yang menarsiskan dirinya sebagai yang terjelek? Hehehe… ga ada kan? Yang ada juga narsis sebagai yang cantik dong! Bahkan, Allah sendiri bilang kalo Dia menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna. Lah, Allah aja bilang kayak gitu, kenapa kita harus minder sama diri kita sendiri, padahal diri kita bukan milik kita. Intinya, kita ga perlu rendah diri nih, kalo misalnya kita pendek or prestasi akademik kita biasa aja. Allah Maha Adil, gitu lo! Kita pasti punya kelebihan di tempat lain yang belum kita ketahui.
Kembali ke permasalahan, bukti kenapa kita dibilang indah itu banyak. Misalnya, ketika kita mulai memasuki masa akil baligh, kulit kita mulai menghalus (ini berdasarkan pelajaran Biologi yang pernah Qawat pelajari, lo!). Tapi, di sisi lain, kulit kita juga mulai berjerawat tuh. Mula-mula satu, terus dua dan kita secara refleks mulai panik kalo wajah kita kalo ga segera diobati bakalan bopeng-bopeng bekas jerawat. Nah, itu bukti yang nyata lagi kalo wajah kita tuh emang indah. Coba kalo akhwat IC dikasih barang yang jelek, mau rusak, mau ga, sabodo teing! Coz kita dikasih barang yang bagus yaitu wajah kita sendiri, tanpa sadar kita merasa bertanggung jawab atas keindahan wajah kita itu (hehehe… apaan sih?). Tapi beneran, akhwat IC mengalami sendiri kan?
Contoh lain yang sangat nyata adalah (sebenarnya ini lucu sih tapi ini realita) kalo kita ngeliat betis ikhwan tersingkap, pasti yang akhwat itu cuek bebek. Beda keadaannya kalo betis akhwat tersingkap sedikit, walah… surga dunia tuh buat yang ikhwan. Kenapa bisa gitu ya? Hehehe… lagi-lagi, karena diri kita itu indah. Begitu indahnya, sampai-sampai kalo kebuka sedikit yang menjadi bagian dari aurat kita, pasti membuat orang menoleh. Bukannya men-judge ikhwan itu ga indah (bagi ikhwan yang ngebaca ini… hehehe… peace you all!), tapi diri kita ini emang menarik perhatian, seburuk apapun wajah kita (menurut penilaian kita sendiri). Walaupun menurut diri kita, kita ini ga menarik, tapi kalo kita senyum ke ikhwan, hihihi… pasti yang ikhwan merasa ke-ge-er-an tuh, disenyumin. Hmm… oo… jadi, sebegitu indahnya ya, kita di hadapan ikhwan? Yup, makanya, jaga diri baik-baik ya!
Sebelum pindah ke pembahasan selanjutnya, Qawat punya sedikit cerita yang lucu namun tragis. Ceritanya gini, suatu hari Imam Syafi’i pergi ke pasar buat berbelanja. Eh, di pasar beliau bertemu dengan seorang akhwat. Ga sengaja (kayaknya diterbangin angina deh!), betis akhwat tersebut tersingkap dan kebetulan juga Imam Syafi’i melihatnya. Waduh, Imam Syafi’i kepikiran terus sama peristiwa tersebut. Beliau pulang ke rumah dan muraja’ah Al-Qur’an seperti biasa. Namanya juga imam, tentunya beliau udah hafidz dong! Tapi, sewaktu mengulang itu, tiba-tiba dia lupa satu juz Al-Qur’an gara-gara beliau melihat kejadian tersebut. Yah, akhirnya mau ga mau, dia menghapal lagi satu juz tersebut dari awal.

Tidak ada komentar: