Sabtu, 01 September 2007

Pulang ke rumah: Apa sih yang Dicari? (QAWAT edisi ke-25)

Assalamualaikum akhwat IC!
Alhamdulillah, Qawat muncul lagi menjelang libur ini (buat kelas X dan kelas XI lo…)! Bagi yang kelas XII justru legi deg-degan nih! Ya iyalah… menjelang UAN gitu lo! Hmm… pasti sekarang lagi rajin-rajinnya belajar supaya dapat nilai yang bagus di UAN! Eh, bagi yang udah dapat kampus… ehem… selamat ya! Alhamdulillah… tapi bagi yang belum atau yang belum keluar pengumumannya, jangan kecil hati dulu! Ingat aja, kalo apa yang kita raih itu, insya Allah sepadan sama apa yang udah kita usahakan!
Sekaligus, Qawat mau minta maaf kalo dua minggu yang lalu Qawat ga bisa hadir sebanyak satu edisi dikarenakan kesalahan teknis. Bener-bener murni kesalahan teknis yang ga diduga-duga! We are so sorry kalo di antara akhwat IC ada yang kecewa. Yah, emang sih. Kerja kita emang masih kurang profe (maksudnya profesional-red.). Mesti banyak latihan lagi, mesti banyak belajar dari pengalaman.
Oya, sama bagi yang kemarin isi angket Imtaq dari MPS… we are very thankful to all of you who fill it! Saran-sarannya udah sampai ke kita dan insya Allah jadi pertimbangan kita menjalankan proker Imtaq ke depan.
Kalo buat Qawat sih… sarannya cukup membangun, lah! Ada yang komentar tentang isi, ada juga yang kasih pendapat tentang layout. Tapi semuanya bagus! Sekali lagi, makasih buat atensinya selama ini. Mudah-mudahan, Qawat bisa makin maju lagi dari semua sisi! Amin….
Pulang? Hmm… siapa sih yang ga tergoda sama yang satu ini? Apalagi yang tinggal di IC! Ga peduli mau siswanya kek, gurunya kek, karyawannya kek, bahkan kakek-kakek sekalipun (lo?) pasti kebelet mau pulang kalo hari libur!
Tiba-tiba, IC, yang tadinya rame dan full sama aktivitas hampir dua puluh empat jam non-stop, berubah jadi tempat yang sepi banget, ga beda sama kota mati kehilangan nyawa. Paling-paling yang masih berseliweran itu ya macamnya kucing dan kawanannya.
Begitu berartinya pulang sehingga banyak di antara kita yang ga mau menyia-nyiakan kesempatan pulang ini terlewat begitu aja, tanpa mendapatkan makna apa-apa.

Untuk Apa Kita Pulang
Masing-masing dari kita punya rumah, tentunya.
Jika setiap anak IC ditanyai, apakah rumahnya berbentuk seperti istana? Yah, pasti pada jawab bahwa rumahnya bukan kastil (ya iyalah… siapa juga yang mau bangun kastil hari gini!). Nah, terus kalo ditanya lagi, emangnya isi rumahnya lengkap banget ya? Semua fasilitas ada? Kalo dipikir-pikir lagi, ga juga! Semua rumah pasti ada kekurangannya. Rumah yang ga ada kekurangannya adanya di mana ya? Di surga kali ya, hehehehe…
Kalo gitu, kenapa sih kita doyan banget balik ke rumah saat reguler or liburan menjelang? Padahal rumah kita kan begitu-begitu aja. Nyaris ga ada yang berubah saat kita pulang. Kalo ada juga, ya paling satu-dua barang. Selebihnya sama. Orang tua kita sama, saudara-saudara kita sama, tetangga kita sama (kalo tetangganya ga pindahan lo!).
Rumah. Kata orang, di dunia ini ga ada tempat berpulang yang lebih baik selain ke rumah. Ungkapan yang lebih puitis lagi ada dalam bahasa Arab: baiti jannati, yang artinya “rumahku surgaku”. Kenapa rumah mendapat tempat istimewa di tempat para penghuninya? Apa kelebihan rumah sehingga ia begitu dicintai dan diharapkan sebagai penenang jiwa pemiliknya?
Satu keistimewaan rumah yang luput dari pengamatan kita adalah, rumah mampu menerima kita dalam setiap kondisi dan situasi, susah maupun senang. Rumah ga pernah mengeluh, saat kita mendapat nilai jelek atau saat kita bersenang-senang di dalamnya dan mengotori dirinya dengan sampah-sampah yang kita buat. Rumah ga pernah ngambek walau kita masuk ke dalamnya dengan wajah cemberut lantaran kita berantem sama teman kita di sekolah. Rumah ga pernah berkomentar yang menyakitkan saat kita berkelakuan buruk.
Andai rumah bisa hidup, apa yang ia lakukan selama ini semata-mata hanya melihat. Bisa dibilang, rumah selalu menerima penghuninya dengan tangan terbuka, bagaimanapun perangainya. Waktu kita mersa sedih misalnya, rumah tetap membiarkan pintunya terbuka dan menemani kita sehingga kita merasa lebih baik dan bisa berdamai dengan takdir kita sendiri. Pada akhirnya, kita bisa melangkah lagi dengan percaya diri dan bisa melanjutkan hidup ini.
Gitu deh, akhwat IC! Intinya, hikmah yang dapat kita ambil dari filosofi (waduh bahasanya!) sebuah rumah adalah penerimaan. Penerimaan untuk menerima kondisi penghuni, setiap saat. Tanpa keluhan, tanpa demonstrasi. Jika rumah bisa bicara, ia pasti bercerita bahwa ia menyimpan seribu rahasia yang ia terima dari setiap penghuninya.
Hmm… walaupun “Cuma” rumah, ternyata filosofi yang dapat kita ambil darinya punya makna cukup dalam. Membuat kita semakin sering bertafakur akan apa-apa yang berada di dunia ini.

Nobody is Perfect! Remember This!
Ketika kita berteman dengan banyak orang, banyak masalah-masalah baru yang timbul karenanya. Bisa karena kesalahan kita sendiri atau karena kesalahan teman kita itu.
Teman kita, ga sempurna dan ga akan pernah sempurna. Layaknya kita, teman kita hanyalah manusia biasa yang juga punya kekurangan. Ini yang harus kita pegang baik-baik.
Namun, kita sering lupa akan hal ini dan bertindak gegabah dalam menghadapi teman kita yang telah berbuat kesalahan yang menyakiti hati kita.
Saat teman kita melakukan kesalahan yang benar-benar membuat kita shock stadium empat (shock banget maksudnya!), banyak di antara kita yang langsung menjauhinya, sebelum mendengar alasan darinya (bahkan, kita ga sudi ngomong sama dia!). Habis, dia jahat banget, menyakiti hati kita, padahal dia tahu, kita ga suka kalo dia melakukan hal itu. Mungkin itu yang ada di benak akhwat IC semua saat pertama kali terkena musibah seperti ini.
Kemudian, yang kita lakukan sungguh jauh dari pertemanan yang dulu pernah kita rasakan. Ngobrol semakin jarang (mungkin Cuma salam di tengah jalan aja, sepintas lalu) apalagi curhat-curhatan, rasanya udah seabad yang lalu deh, kita terakhir kali curhat sama dia!
Duh, akhwat IC pada betah ga sih kalo keadannya begini terus?

Pulang ke Rumah = Bersama Teman
Analoginya gini, kalo teman itu penghuni rumah, maka kita adalah rumah bagi mereka.
Seperti penghuni rumah yang udah diceritain di atas berusan, penghuni rumah itu ga selamanya happy, fun. Adakalanya, dia lagi sial, dia punya masalah. Kelilit hutang, misalnya.
Tapi, apakah sewaktu penghuni rumah itu kelilit hutang, terus rumahnya pergi meninggalkan dia tanpa naungan? Ga kan? Apa yang dilakukan rumah? Ia si rumah tetap aja berdiri di tempat yang sama. Membiarkan dirinya bersama penghuni sial itu. Rumah menerima keluh kesah, sumpah serapah tanpa berkomentar apa-apa. Seakan-akan, yang ingin ia katakan adalah, “Istirahat aja dulu. Keluarkan semua yang ada dipikiran kamu. Aku begini ga apa-apa, yang penting kamu bisa balik lagi dan semangat kamu pulih lagi.” Hmm… what a nice friend, kalo kita betul-betul punya teman yang berkata seperti itu kepada kita di saat kita punya masalah.
Waktu teman kita melakukan hal yang ga kita suka dan membuat kita marah sama dia, ingat-ingat aja prinsip rumah yang tadi. Ya, emang sih, sakit diperlakukan kayak gitu sama teman kita sendiri, apalagi teman baik yang udah bareng-bareng sama kita sekian lama! Namun, tetap membuka pintu hati kita untuk menerima mereka adalah hak yang harus mereka dapatkan kala punya masalah. Justru di sinilah pertemanan kita diuji, apakah benar-benar berteman atau hanya sekedar slogan belaka.
Biarkan mereka terus bersama kita. Dengarkan dulu alasannya, atas dasar apa ia melakukan hal seperti itu. Kalo teman kita punya masalah, malah jangan dijauhi! Harus terus didampingi dan ditemani, biar jalannya ga makin belok.
Lagi-lagi, sakit hati itu wajar. Qawat benar-benar tahu kok, rasanya disakiti hati oleh orang lain. Tapi, kita harus mengesampingkan rasa marah dan sebal itu jauh-jauh dulu. Akal sehat lebih dibutuhkan saat kita sedang menghadapi masalah. Kalo kita menghadapinya dengan emosi, nanti bisa hancur jadinya!
Penerimaan atas teman kita juga sulit. Lagian, setelah teman kita berbuat hal yang betul-betul menyebalkan, masa kita menerimanya Cuma dengan permintaan maaf aja? Nah, mungkin itu lagi yang ada dalam benak akhwat IC.
Fuuuh… tenang dulu, tenang dulu! Semua insya Allah ada solusinya. Dan solusi yang ada insya Allah dapat menyelesaikan masalah kita secara tuntas.
Setelah menerima kembali teman kita (walaupun masih terselip rasa jengkel dan dongkol) dan membiarkan ia memaparkan segala alasan atas perbuatan yang ia lakukan, ada baiknya kita membiarkan dirinya nyaman dulu dengan diri kita kemudian kita menenangkan diri kita. Penting banget lo, membiarkan dirinya nyaman sama kita! Soalnya, kalo dirinya merasa ga enak sama kita, kita ga bakalan bisa menyelesaikan masalah bersama-sama dengan dirinya. Menenangkan diri kita juga ga bisa dianggap sepele. Introspeksi itu perlu, supaya kita tahu, apa yang sedang kita hadapi, susun strategi untuk menghadapinya dan menyusun kekuatan dengan berdoa kepada Allah. Pokoknya, kalo diri kita kalap dalam menghadapinya, aduh… berabe banget deh hasilnya! Percaya deh!
Eh, jangan lupa, hilangkan tuh rasa marah, jengkel, sebal, dongkol, dan lain-lain! Perasaan kayak gitu sebaiknya dibuang aja. Ga guna! Ga ada manfaatnya! Kalo disimpan terus, nanti malah timbul masalah lagi. Ibaratnya, kalo perasaan kayak gitu disimpan terus, kita tuh kayak bawa sesuatu yang busuk ke mana-mana! Bau! Ga enak! Bikin kita ga nyaman! Sebaiknya malah kita menghadirkan perasaan maklum dan maaf dalam diri kita, bahwa teman kita adalah manusia normal yang bisa berbuat khilaf. Bukankah lebih baik memaafkan daripada membalas? Iya kan?
Setelah semua kembali normal, baru deh kita menyelesaikan masalahnya bersama-sama. Insya Allah, setelah semua pihak merasa lega, apa-apa yang kita lakukan dapat lebih mudah kita kerjakan. Semua pihak lega maksudnya, teman kita nyaman karena merasa diterima oleh kita dan kita merasa enjoy didekatnya karena udah memaafkan. Huuuaaah… indahnya dunia, kalo semua orang kayak gini!
Yo, jadi ingat-ingat ya, akhwat IC! Saat teman kita punya salah, jangan ditinggal gitu aja! Kita harus bersamanya, mendampinginya, seperti rumah dan penghuninya tadi!
Jadilah “rumah” bagi teman kita… dan jadikan diri kita sebagai tempat “pulang”-nya teman kita saat susah dan senang.
Selamat berlibur (kelas X dan XI)!
Selamat ujian (kelas XII)!
May Allah with you!
Wassalamualaikum!

Tidak ada komentar: