Sabtu, 01 September 2007

Merdeka? (QAWAT edisi ke-28)

Assalamualaikum akhwat IC!
Alhamdulillah, hmm… gimana tanggapan akhwat IC tentang edisi Qawat minggu lalu? Pasti pada kesengsem deh bacanya! Hehehe… ge-er banget nih Qawat! Denger-denger yang ikhwan juga pada baca ya? Ya, insya Allah selembar Qawat (yang terlihat biasa-biasa aja dan ga istimewa ini) bisa menyadarkan dan memberikan hikmah, ga hanya ke akhwat IC aja, tapi juga ke semua orang yang membacanya!
Memasuki bulan Mei yang bakalan penuh dengan TB ini, kita masih diberikan penglihatan, pengetahuan dan kehidupan yang kadang-kadang (apa sering?) kita lupa untuk mensyukurinya. Padahal, tanpa itu semua, kita ga bakalan bisa beraktivitas seperti biasa, lo! Apalagi mengerjakan TB! Hehehe… emang udah tabiat manusia, ingat tuhannya kalo lagi susah aja! Kalo lagi senang, ya gitu deh, suka lupa buat bersyukur. Faktanya, Allah kan bersama kita selalu! Kenapa kita belum bisa mencintai Dia seperti Dia mencintai kita?
Seperti yang udah kita ketahui semua gals, hidup dan mati kita hanya untuk Allah, kan? Inna as-shalaati wa nusukii wa mahyaya wa mamatii lillahi rabbil ‘alamin. Nah, kalo hidup kita hanya untuk Allah, mestinya apapun yang kita lakukan pasti kita tujukan kepada-Nya. Insya Allah, akhwat IC sedang berproses untuk menjadi Muslimah seutuhnya.
Hah, terus apa hubungannya dengan merdeka?

Thaghut
Udah dari sononya, yang namanya manusia tuh pasti punya keinginan buat berbuat baik. Keinginan ini udah ditanamkan sebelum kita dilahirkan ke dunia. Makanya, kenapa setiap bayi yang lahir ke dunia itu dianggap suci. Waktu di dunianya aja, si bayi ketemu sama orang-orang yang kurang baik, terus dia bisa jadi kurang baik juga. Tapi, jauh di dalam lubuk hatinya, dia masih punya bibit kebaikan.
Namun, seandainya niat udah kuat buat melakukan kebaikan demi mendapatkan ridha Illahi, manusia tetap akan mendapatkan cobaan dan rintangan. Salah satunya ada yang namanya thaghut. Nah, apalagi tuh?
Istilah thaghut tuh sering banget lo, gals, disebut-sebut di dalam Al-Quran. Biasanya diartikan sebagai setan. Tapi setahu Qawat sih, makna thaghut tuh lebih luas lagi. Thaghut artinya apapun yang membuat kita berpaling dari Allah.
Contoh konkretnya? Hehehe… ga usah jauh-jauh deh, kalo azan udah berkumandang, terus kita masih nonton atau balik ke asrama Cuma buat menghindari shalat di Masjid, waduh, itu tuh yang namanya thaghut! Padahal, apa yang kita tonton ga lebih penting dari ibadah kita atau kita ke asrama toh ga punya urusan yang betul-betul mendesak. Hehehe… hayo ngaku!
Karena thaghut cakupannya lebih luas, maka hal-hal yang paling terkecil yang dapat membuat kita berpaling dari Allah, ya namanya thaghut juga.
Banyak hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari kita, yang sebenarnya bisa berpotensi menjadi thaghut. Ini nih, yang nanti akan kita bahas.
Kita masuk ke makna merdeka yang jadi title kita minggu ini! Gampang aja sebenarnya, buat menyimpulkan merdeka yang Qawat maksud. Merdeka yang dimaksud adalah bebas dari belenggu thaghut-thaghut itu alias tahu prioritas. Kayak mendengarkan musik itu kan hukum aslinya mubah, tapi kalo telinga disumpal saat azan sih, berabe juga kan? Tahu waktu, tempat dan prioritas dong! Kalo ada azan ya dijawab dulu, namanya juga seruan buat ketemu sama Allah, masa kita cuekkin sih? Allah gitu lo, pencipta kita?

Hal-hal yang Membuat Kita Berpaling
Tahu sendiri kan, kalo dibuat daftar thaghut, pasti bakalan panjang banget tuh daftarnya. Buat menyingkat daftar yang panjang itu, Qawat Cuma mau mengulas dua item aja. Bukan mau pelit bahasan, tapi dana juga dong! Nanti kalo Qawat kepanjangan, difotokopinya juga bakalan lebih kecil lagi. Jangan-jangan, mau baca Qawat aja mesti pakai lup lagi! Hehehe….

Su’udzhan alias Berburuk Sangka
Pasti udah pada tahu dong, kalo salah satu kebiasaan terjelek yang suka diidentikkan dengan kaum hawa itu… gosip! Ghibah! Ngomongin orang! Waduh! Pasti ga bakal jauh-jauh dari itu deh! Mau namanya beda-beda juga inti kegiatannya tetap sama: membicarakan orang lain.
Yah, padahal Qawat lebih yakin lagi, banyak akhwat IC yang udah hapal dalil biar ga ghibah. Ok, biasanya, alasan yang diungkapkan di balik kegitan ghibah itu, paling-paling Cuma mengisi waktu luang atau mencari bahan obrolan yang seru, Supaya ga garing. But, terus terang aja sist, bagaimanapun, kalo ghibah itu ga menghasilkan apa-apa alias Cuma buang-buang waktu aja, mendingan dihindari deh! Sayang banget lo, waktu kita terbuang percuma gara-gara buat menumpuk dosa!
Terus, gimana seandainya kita udah menghindari ghibah itu, tapi tetap aja dapat info dari teman tentang keburukan orang lain? Dari curhatan sobat kita, misalnya? Kita kan harus percaya sama cerita dari teman baik kita itu! Masa teman baik kita bohong sih, sama kita?
Hmm… yang kayak gini nih, yang sebenarnya buat masalah!
Menampung curhatan dari teman sih boleh-boleh aja, asal niat awalnya emang betul-betul buat cari solusi dari masalah yang sedang dihadapi teman kita. Namun, akan beda masalahnya jika kita ikut-ikutan (hanya ikut-ikutan aja lo!) membenci orang tersebut.
Qawat punya cerita nih. Suatu kali, A mendengar bahwa B bertindak buruk dari temannya yang ia cukup percaya. Si A udah su’udzhan aja tuh sama si B. A jadi jutek sama B. B-nya bingung, kok si A jadi super judes gitu, padahal B sendiri ga merasa dia telah berbuat sesuatu yang menyakitkan hatinya A. Nah lo, bingung kan?
Tuh, makanya, Jangan cepat-cepat su’udzhan sama orang gara-gara kabar yang belum jelas, meskipun kabar itu dari sahabat sendiri! Bukan berarti Qawat menyuruh akhwat IC buat ga percaya sama teman sendiri, namun sesungguhnya, kabar yang kita dapat itu ya belum tentu benar adanya (kayak iklan itu lo: ga semua yang lu denger itu bener). Soalnya, teman kita itu juga dapat kabarnya dari orang lain. Siapa tahu ada pembelokan berita sebelum tuh berita sampai di kita. Kalo terjadi penyimpangan berita, wah entar salah-salah jadi fitnah!
Bergosip itu sejenis sama permainan kuda bisik. Kata yang diberikan kepada pembisik pertama, belum tentu menjadi kata yang sama di penerima yang terakhir. Jadi, pembisik dan pendengar yang di tengah bohong dong? Eits, belum tentu! Biasanya, kata yang berubah itu berubah karena ditambahi atau dikurangi. Alternatif lain, saat ada pendengar yang ga menangkap maksud si pembisik, dia akan membuat kata-kata baru, sebab the game must go on! Ga boleh berhenti di tengah-tengah jalan.
Permainan kuda bisik itu jadi alur beritanya, pembisik dan pendengar jadi gossipers-nya, kata yang harus diteruskan jadi gosipnya. Belum tentu para pembawa berita, bisa karena salah persepsi, maka turut melahirkan kata yang berbeda pula.
Intinya, Jangan cepat-cepat su’udzhan dulu! Su’udzhan itu membutakan mata, hati dan pikiran dari cahaya Illahi. Membuat diri kita ga merdeka, terbelenggu dalam persepsi kita sendiri yang faktanya aja masih diragukan. Membatasi kita dalam bergaul dengan teman serta membuat hati kita ga tenang.
Ada yang mau hidup dengan keadaan seperti ini?

Ghazwul Fikri alias Perang Pemikiran
Bukan perang di Palestina, tapi ini lebih dahsyat daripada gempuran tank-tank Israel! Yup, apalagi kalo bukan ghazwul fikri atawa perang pemikiran. Kaget ya?
It isn’t a surprise anymore! Gals, bagi yang masih belum bangun dari tidurnya, ayo bangun dari tidur kalian! Kalian sadar ga, kalo kalian saat ini lagi digempur sama gempuran yang lebih hebat dari saudara-saudara kita di Timur Tengah?
Sesuai dengan janji Allah di Al-Quran, orang-orang kafir itu ga bakalan pernah ridha sama Muslim hingga mengikuti millah (agama) mereka. Sampai akhir hayat mereka, sist!
Bedanya sama zaman Rasulullah dan para sahabatnya, perang yang dilancarkan kali ini lebih halus. Ga pakai pedang, apalagi unta plus pasukan kavaleri!
Lewat propaganda musik, makanan dan mode, orang kafir mulai merusak agama kita. Mereka merusak kita bukan dengan cara yang terang-terangan (meskipun ada juga sih yang kayak gitu, misalnya waktu heboh kartun Muhammad tahun lalu). Lewat tiga hal yang tadi Qawat sebutkan di atas, mereka mulai memasukkan ideologi mereka.
Kalo belum mendengar lagunya My Chemical Romance yang terbaru, waduh, ini orang hidup di zaman kapan ya? Belum pernah makan McD? Mbak, mbak, dari kampung sebelah mana ya? Pakaian Muslimah harus menutupi aurat? Baju dan celana ketat sedikit ga apa-apa dong, yang penting kan menutup aurat dan menutupi pantat?
Weleh, weleh, mungkin ada dari kita yang berpikiran seperti itu saat ini? Your alarm is ringing, friends! Kita udah kena ghazwul fikri! Mesti cepat-cepat dibasmi tuh!
Emangnya, kalo belum dengar lagunya MCR yang terbaru kita bisa meninggal saat itu juga? Emangnya, kalo belum pernah makan McD kita bakal ga makan selamanya? Emangnya kalo pakai baju longgar melanggar aturan dan membuat kita sakit? Ga kan? Terus, kenapa kita terobsesi dengan semua itu, padahal ajaran Islam pun telah sempurna tanpa keberadaan MCR, McD dan baju ketat?
Tanpa kita sadari, gempuran Barat dari segala penjuru yang (katanya) membawa label liberalisme alias kebebasan, malah membelenggu kita dalam setiap aspek kehidupan. Kita jadi ga merdeka buat dengar suara azan karena kita mendengar MCR supaya kita bisa mendapatkan gelar anak gaul. Kita jadi ga merdeka untuk menolong saudara kita di Timur Tengah karena kita dikukung dengan serbuan fast food Amerika. Kita jadi ga merdeka buat menunjukkan identitas Muslimah kita sebab arus mode yang terus bergerak dan menciptakan pandangan bahwa baju ketat itu indah. Lantas, apa yang bisa disebut merdeka, kalo ternyata kemerdekaan yang mereka bawa malah menjauhkan kita dari kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu surga di akhirat?
Renungkanlah. Bukan berarti ga boleh dengar MCR sama sekali, tapi tahu waktu, tempat dan kondisi. Bagaimanapun juga, kita adalah Muslimah masa depan Islam yang menjadi tumpuan umat Islam sedunia. Apa jadinya kalo kita terkena ghazwul fikri saat ini? Bagaimana dengan masa depan Islam nantinya?
Well, renungkanlah!
Wassalamualaikum!

Tidak ada komentar: