Sabtu, 01 September 2007

Feminisme dalam Perspektif Liberal (QAWAT edisi ke-3)

Assalamualaikum, all my sisters! Alhamdulillah kita masih diberikan oleh Allah kesempatan untuk bertemu lagi di Qawat edisi ketiga ini! Ga kerasa ya, sebentar lagi puasa akan tiba. Gimana dengan persiapan kamu untuk menyambut bulan yang suci ini? Sudahkah kita meningkatkan amal ibadah kita mulai detik ini? Yaa… semacam curi-curi start laaah… hehehe… mencuri agar kita ga merugi di akhir bulan Ramadhan ga apa-apa kan?
Ngomong-ngomong, Qawat mau cerita apa lagi ya? Kok, dari judulnya berat banget sih? Feminisme? Lawannya tomboy ya? Trus apa hubungannya sama liberal? Saudaranya JIL (Jaringan Islam Liberal-red.) kali? Emangnya akhwat IC perlu tahu ya, tentang hal ini?
Yup! Qawat kali ini ingin mengangkat tema yang rada berat sedikit, namun harus diketahui akhwat IC yang cendekia supaya bisa bertambah pengetahuannya akan paham-paham yang harus kita hindari di luar tembok IC. Di sana tantangannya lebih berat lo! Jangan sampai setelah kita keluar dari IC, kita terjerembab dan hidup tanpa nur dari Illahi.
Mumpung kita masih di IC, yuk kita intip sedikit, feminisme macam apa sih yang diusung oleh kaum liberal? Benarkah hal
tersebut sejalan dengan pemikiran Islam yang memuliakan wanita? Trus, paham itu aman ga kita pakai sebagai identitas diri kita di samping sebagai muslimah pengikut Rasulullah? Ayooooo…
Bismillah…

Arti Feminisme bagi Kaum Liberal
Kawan-kawanku, akhir-akhir ini banyak sekali beredar paham yang tidak sesuai dengan agama yang kita anut, yaitu Islam. Ternyata, hadits nabi yang mengatakan bahwa Islam akan terbagi menjadi 70 cabang itu mulai terbukti kebenarannya. Ini juga menunjukkan bahwa semakin hari, kita semakin dekat dengan hari berakhirnya dunia atau yaumul qiyamah.
Salah satu cabang yang dimaksud adalah Islam Liberal yang mempunyai organisasi bernama JIL yang dimotori oleh Ulil Abshar Abdalla. JIL ini, walaupun mengikrarkan organisasinya sebagai organisasi pembaharu Islam yang berlandaskan qur’an dan hadits, namun ternyata itu hanyalah omong kosong belaka. Mereka telah banyak menyakiti saudara-saudara kita, umat muslim, dengan tingkah mereka yang aneh-aneh alias nyeleneh. Mungkin yang masih agak baru adalah sikap mereka terhadap RUU APP yang cenderung kontradiktif dengan sikap sebagian besar umat Islam. Mereka justru menentang dengan keras RUU kontroversial tersebut dengan alasan Hak Azasi Manusia (HAM). Hal itu wajar, mengingat paham yang mereka usung yaitu liberalisme mengatakan bahwa setiap manusia berhak untuk merasa bebas dalam hal apapun, dengan kata lain, bebas tanpa batas selama tidak mengganggu orang lain. Intinya, semau gue gitu, lo!
Gals, Qawat yakin, kalian tahu kan, dari mana paham ini berasal? Ya, paham ini berasal dari Barat. Inilah yang JIL bawa untuk disemai di Nusantara. Liberalisme di Barat ternyata sudah bisa memasuki setiap sendi kehidupan, sehingga bisa menjadi racun bagi umat muslim yang mempunyai pegangan hidup sendiri yaitu Islam.
Feminisme itu sendiri, merupakan salah satu cabang dari liberalisme. Feminisme ini disebarkan di kaum perempuan (kalo disebar di kaum lelaki, dijamin pasti ga bakalan punya pengikut, hihihi…) untuk mengubah pandangan perempuan yang selalu dimitoskan merupakan makhluk di bawah laki-laki. Sehingga menyebabkan perempuan dianggap makhluk lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa selain nurut apa kata bapaknya, saudara laki-lakinya, en suaminya. Para feminis, ingin agar kaumnya terbebas dari doktrin seperti itu dan bisa hidup mandiri, tanpa harus bergantung sama laki-laki alias cowok!
Mereka berpendapat bahwa di dunia ini telah terjadi kesenjangan jender antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih superior daripada perempuan, sehingga perempuan terpinggirkan. Contohnya, perempuan tidak boleh menjadi pemimpin di atas laki-laki sementara laki-laki sebaliknya. Para feminis tidak bisa menerima hal tersebut sehingga mereka berprinsip persamaan derajat. Dalih yang mereka gunakan adalah Allah menciptakan setiap manusia itu sama, yang membedakan mereka hanyalah keimanan dan ketaqwaannya saja. Jadinya, ya perempuan dan laki-laki harus diperlakukan secara sama. Kalo laki-laki boleh jadi pemimpin, perempuan juga boleh dong!
Argumen mereka yang salah kaprah juga terjadi dalam memaknai jenis kelamin. Mereka mengatakan bahwa “laki-laki” dan “perempuan” hanyalah semacam jender sosial. Maksudnya, mereka tidak mau mengakui bahwa memang sejak lahir, keadaan fisik dan ruhani laki-laki dan perempuan itu berbeda. Istilah “perempuan” diciptakan oleh masyarakat untuk menunjuk seseorang yang tidak berdaya dan berada di bawah “laki-laki”. Dengan demikian, mereka benar-benar menuntut pembagian peran untuk perempuan sama dengan laki-laki.

Apa yang Terjadi?
Akibat feminsme yang berlebihan, bisa kita lihat dengan nyata sekarang.
Negara-negara maju di Barat yang kita lihat sekarang memang maju dalam hal teknologi dan industri. Namun, tahukah antunna, para pakar sosiologi telah mengatakan bahwa di balik negara yang megah tersebut, diam-diam mereka mengalami pengeroposan sedikit demi sedikit. Mengapa? Karena, wanita yang seharusnya menjadi tiang negara telah meninggalkan profesi utamanya. Para wanita yang baru melahirkan, malah didorong untuk memasuki dunia kerja yang berarti mengurangi intensitas pemberian ASI dan pendidikan dasar bagi anaknya.
Nah, yang ingin Qawat jelaskan di sini adalah dorongan untuk masuk dunia kerja itu, dinilai di sebagian besar negara maju merupakan salah satu bentuk persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Sebaliknya, karena perempuan dianggap sama dengan laki-laki, maka ia tidak berhak untuk mendapatkan perlakuan khusus, seperti cuti hamil dan melahirkan. Padahal, Qawat yakin, seburuk-buruknya ibu pasti sayang dengan anaknya dan ingin memberikan yang terbaik. Namun, karena paham feminsime yang merajalela itu, jadilah rasa itu dikikis sedikit demi sedikit untuk mendapatkan pengakuan persamaan “derajat” dengan laki-laki.

Dampak Jangka Panjang
Karena kurangnya kasih sayang dan perhatian serta pendidikan yang seharusnya menjadi hak seorang anak terhadap orangtuanya, jadilah anak tumbuh dewasa dengan ruhani yang kering. Mungkin anaknya memang pintar, namun qalbunya kosong akan sentuhan moral dan spiritual.
Sekarang ini, yang terjadi adalah maraknya pemakaian narkoba serta peningkatan jumlah gadis yang aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan. Moral juga semakin menurun (“degradasi moral” istilahnya Ruska) dan kekeringan spiritual terjadi karena anak tidak dibekali ilmu dan prinsip hidup yang harusnya tertanam sejak ia masih kecil. Banyak orang yang lost oriented sehingga melarikan diri pada hal-hal yang tidak benar, bunuh diri salah satu contohnya. Ujung-ujungnya, hilanglah satu generasi suatu bangsa karena rapuhnya moral dan akhlak generasi mudanya.

Feminis ≠ Muslimah!!!
Gals, hmm… miris juga ya dengar cerita tadi. Ternyata, dibalik segala kecanggihan doktrin feminisme, terdapat borok yang menghantuinya sehingga gagasan feminisme menjadi gagasan yang utopis alias ga mungkin terwujud hingga akhir zaman!
Allah memang menciptakan manusia sama dan yang membedakan mereka hanyalah keimanan dan ketqwaannya saja. Namun, Allah juga membuat perempuan dan laki-laki bukan untuk membedakan mereka, tapi untuk saling melengkapi.
Secara pembagian peran, memang laki-laki dan perempuan dibedakan karena keadaan fisik mereka yang berbeda. Laki-laki harus bisa menjadi pemimpin yang baik sementara perempuan dituntut untuk menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak. Mengapa bukan laki-laki yang diserahi untuk menjadi bapak tumah tangga misalnya, ya karena Allah sudah menumbuhkan rasa keibuan seorang perempuan sejak ia mengandung anaknya. Rasa keibuan mendorong seorang perempuan mengasihi dan mendidik anaknya. Sementara itu, mengapa tidak diperbolehkan adanya pemimpin perempuan di antara kaum laki-laki karena lagi-lagi, laki-laki diciptakan untuk lebih bisa menjaga emosinya dibandingkan dengan perempuan yang lebih perasa dan gampang dipengaruhi pemikirannya. Selain itu, laki-laki memang sudah fitrahnya diamanahkan untuk berlaku tegas, untuk mengimbangi perempuan yang lemah lembut (cieee…).
Akhwat IC, kita memang berbeda dengan laki-laki namun hanya sebatas pekerjaan di dunia aja. Insya Allah, di depan Allah kita tetap sama. Kita ga perlu ngotot untuk menyamakan diri kita dengan laki-laki, karena kita memang ditakdirkan mempunyai fisik yang berbeda dengan mereka.
Ada aja hak kita yang sama dengan laki-laki, misalnya aja hak mendapatkan pendidikan. Kadang, ada orang yang bertanya mengapa perempuan sekolah tinggi-tinggi padahal ujung-ujungnya akan mengurus rumah tangga juga? Eits, jangan salah, ibu rumah tangga juga harus pintar lo, biarpun pekerjannya itu ga digaji. Seperti yang udah dibilang tadi, wanita itu tiang negara. Nah kalo wanitanya ga pintar, nanti negaranya ga maju-maju dong alias stagnan!
Persepsi yang salah juga sering terjadi tentang wanita yang mempunyai karir di luar rumah. Sesungguhnya, meniti atau mempunyai karir di luar rumah itu ga selamanya salah kok! Kalo dengan berkarir di luar rumah, kita bisa menularkan ilmu yang kita punya kepada orang lain, it’s OK! Cuma dengan syarat, kelak setelah perempuan tersebut berumah tangga, ia harus mendahulukan kepentingan keluarganya terlebih dahulu daripada karirnya di luar rumah. Justru wanita seperti itu adalah wanita yang perkasa, karena mampu untuk membagi waktunya antara keluarganya dengan karirnya sehingga rasa keibuannya tidak hilang seperti para feminis itu!
Qawat berpendapat, daripada kita mengejar yang terlalu jauh yaitu menyamakan diri kita dengan laki-laki (kecuali untuk hal-hal tertentu), lebih baik kita bekerja sesuai fitrah kita aja. Biarkanlah semua berjalan seperti semestinya. Bulan, bumi dan matahari ga pernah protes kok, kenapa harus berotasi dan berevolusi. Kok malah kita sebagai ulul albab meminta hal yang nyeleneh, ingin disamakan pembagian perannya dengan laki-laki.
Kesimpulan akhir yang kita capai adalah: hindari feminisme! Karena para feminis hanyalah sekumpulan orang-orang yang ga bisa menerima takdirnya sebagai perempuan dan merasa ga percaya diri dengan statusnya sekarang. So, banggalah jadi perempuan apalagi jadi muslimah yang dimuliakan oleh Islam sebagai agama yang merupakan rahmatan lil ‘alamin.
Ciaooooo….
Wassalamualaikum…

Tidak ada komentar: