Sabtu, 01 September 2007

Orang Tua (QAWAT edisi ke-24)

Assalamualaikum akhwat IC!
Alhamdulillah, Qawat masih bisa muncul lagi di hadapan kalian! Biarpun kita semua sedang sibuk mempersiapkan LINGUISTIC dan BUDAFEST, tapi lagi-lagi alhamdulillah, penerbitan Qawat nggak keganggu sama itu semua. Oya, jangan lupa sama GAKIC juga! Belum lagi, remed-remed dan susulan bagi yang kondisi badannya sempat terpuruk. Hmm… bagi yang saat ini sedang di rumah atau tinggal di asrama karena sakit, kita doakan yuk, moga-moga cepat pulih dan beraktivitas lagi. Sayang banget lho, melewatkan minggu ini tanpa hadir di sekolah!
Orang tua. Apa sih, yang terlintas di benak kalian waktu nama yang satu ini disebut? Kenangan-kenangan dengan mereka? Kemanjaan kita? Kenakalan kita di waktu kecil (atau hingga saat ini)? Rengekan kita yang terlalu banyak kepada mereka? Semua terangkum menjadi satu. Hiks… hiks… sedih juga kalo diulik-ulik kembali ingatan kita. Abis, kita ada di IC sih… jadi kangen sama rumah, deh!
Yah, sebetulnya bahasan tentang orang tua kan udah kita dapatkan sejak SD (bahkan dari TK). Betul ga? Belum lagi sumber-sumber yang kita dengar dari petuah-petuah guru ataupun ceramah-ceramah keislaman yang mengetengahkan konsep birrul walidain. Bosen?
Eits! Jangan buru-buru nge-judge gitu! Secara garis besar sih, obrolan kita kali ini tetap mengacu sama cara berbakti sama orang tua. But, caranya aja yang rada-rada dimodif dikit, disesuaikan dengan umur kita yang sekarang.
Ok, let’s we start! Bismillah..

Ingatkah Dulu?
Yup, sebelum melanglang buana ke tempat lain, Qawat mau membangkitkan memori-memori kalian yang sedang tertidur itu, untuk mengingat-ingat kembali saat-saat waktu kita masih bersama mereka dulu.
Dimulai dari waktu kita baru lahir, berupa daging bernyawa tapi lemah tak berdaya. Ibu melahirkan kita dengan susah payah. Pertaruhan hidup dan mati, yang akhirnya kita, sebagai buah perjuangannnya lahir ke dunia, selamat dengan fisik sempurna. Terus, waktu kita lahir, bapak kita mengadzani kita, sebagai tanda ditanamkannya pendidikan Islam terhadap diri kita. Selanjutnya, saat kita tumbuh besar, banyak hal yang terjadi dengan kita. Kapan kita bisa jalan untuk pertama kali, ketika kita jatuh dan menangis saat bermain, saat kita mengadu ke orang tua kita waktu kita dicurangi oleh teman. Kala kita ogah makan sayur, ngambek ga mau berangkat ke sekolah. Hehehe… ”sedikit” banget kan?
Tapi, di balik semua cerita itu, ingatkah kita semua, kita sering menyakiti mereka. Membuat mereka marah, jengkel, menangis karena kelakuan kita.
Sementara, di sisi lain, doa mereka ga pernah putus dipanjatkan kepada Allah demi anak mereka.
Ya, sisi buruk kita yang membuat orang tua kita marah dan sedih adalah hal yang lazim terjadi diantara hubungan anak dan orang tua. Kayaknya ga ada tuh, anak yang seumur hidupnya, dari bayi hingga dewasa, ga pernah bentrok sama orang tuanya! Namun, seperti orang tua sering bilang, ”marah itu tanda sayang”. Artinya, kalo orang tua ga marah atas apa yang kita kerjakan, tandanya mereka udah ga peduli lagi sama kita.ga peduli lagi sama sikap buruk anaknya.
Kenapa mereka memakai cara marah? Nah, ini nih yang bakal kita bahas!

Semakin Besar, Semakin Jauh
4
4
Nyadar ga sih, kalo semakin kita dewasa, justru kita semakin jauh dari orang tua kita? Maksud jauh di sini bukan jarak secara lahiriah, tapi jarak tak terlihat antara kita dan orang tua. Semakin besar, perbedaan antara kita dan orang tua semakin terasa. Semua ini berawal dari perbedaan usia. Karena beda usia, cara pandang antara kita dan orang tua pun berbeda. Nah, karena cara pandang kita berbeda, maka pendapat kita pun berbeda. Perbedaan pendapat disebabkan banyak hal, misalnya lingkungan tempat kita bergaul. Coba deh bayangin, kalo pergaulan kita di luar rumah tuh beda ama di rumah, pasti… orang tua kita bakalan bingung ngurusin kita. Akhirnya, mereka pengen kita ngikutin kata-kata mereka. Tapi... kita kan punya selera sendiri, yang kadang-kadang ga sesuai sama keinginan mereka. Karena menganggap kitalah yang paling benar, kadang kita melawan mereka, sampai akhirnya bentrok deh ama mereka. Tapi, kalo dipikir-pikir mereka masih baik lho ama kita, buktinya kita masih diurusin kan?

Komunikasi
Kenapa terjadi ketidaksepahaman dan slek yang berlarut-larut dengan orang tua? Semua ini berawal dari kurangnya komunikasi yang terjalin baik antara kita dan orang tua. Misal, kita ga suka orang tua nyuruh kita ikut les piano gara-gara beliau musisi terkenal dan pengen kita ngelanjutin karirnya. Tapi kita ga pernah ngomong kalo kita ga suka. Kita Cuma ngikutin apa yang beliau perintahkan dengan setengah hati, atau bahkan kita malah ngambek, ga mau ngomong 7 hari 7 malam (ada gitu yang tahan?). Ya… gimana mereka tahu kita ga suka kalo kita ga bilang? Yang ada mereka malah bingung ama anaknya dan kalo ga mau ambil pusing ya didiemin aja ampe anaknya baikan. Iya kalo anaknya mau baikan. Kalo ga? Makin parah kan? Itu yang bikin masalah ga selesai-selesai.
Hal lain yang menyebabkan ini terjadi adalah kurangnya rasa terima kasih kita pada orang tua. Gals, tanpa kita sadari, kita emang kadang kurang berterima kasih ama mereka. Dengan segala pengorbanan mereka, kita masih menuntut ini itu. Tanpa berterima kasih atas apa yang mereka korbankan. Padahal, tanpa mereka kita ga bakal ada. Tanpa ridho mereka, kita ga akan jadi hamba yang diridhoi-Nya.
Selain itu, yang bikin masalah ga selesai-selesai adalah kurangnya rasa toleran terhadap keadaan mereka yang semakin tua dan butuh perhatian. Semakin tua, biasanya orang akan kembali menjadi seperti anak kecil. Apa-apa harus diurusin. Kalo ga percaya, coba deh sekali-kali main ke panti jompo. Tapi, Qawat yakin kalo akhwat IC semua pasti dah pada tahu kalo yang namanya orang yang udah tua pasti butuh perhatian yang lebih. Kayak anak kecil. Ada masa-masa mereka cemburu kalo kita lebih merhatiin orang lain. So, sebagai anak yang berbakti, kini saatnya kita yang merhatiin mereka, ngurusin mereka kayak waktu mereka ngurus kita dulu.

Saatnya bersikap dewasa!
Karena sekarang kita dah gede, jadi kita juga harus bersikap lebih dewasa. Orang yang dewasa adalah orang yang bisa menempatkan dirinya pada berbagai keadaan yang ada. Tak mudah menjadi dewasa. Tapi kalo kita ga mulai berusaha dari sekarang, kapan kita mau dewasa? Ntar keburu tua lo! Bisa-bisa kalo kita dah tua, anak kita ga bisa bersikap dewasa lagi ama kita. Emang mau digituin? Hiyy… Qawat mah ga mau.
Bersikap dewasa dalam mengahadapi orang tua bisa dengan beberapa cara, antara lain ialah:
Menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi orang tua
Kita masih muda. Masih bisa dan gampang beradaptasi. Cobalah untuk beradaptasi ama orang tua kita. Kalo orang tua kita pengen penjelasan yang detail atas apa yang kita kerjakan, berusahalah kasih penjelasan selengkap mungkin walaupun kita adalah orang yang praktis. Kalo penjelasan kita ga memuaskan, cobalah dengan penjelasan yang lain. Karena orang tua kadang menginginkan penjelasan yang dapat diterima dalam pandangan mereka. Kalo mereka emang ga puas ama penjelasan yang udah kita ajuin terus-terusan, sebaiknya kita jangan langsung bentrok ama mereka. Karena mungkin mereka punya alasan yang tepat atas ketidakpuasan mereka atas penjelasan kita. Untuk menghindari bentrok atau slek itu sebaiknya bersabarlah dan ajak orang tua kita untuk saling sharing dengan halus. Mudah-mudahan mereka mengerti akan apa yang kita inginkan.
Memperbanyak frekuensi berbicara dengan orang tua
Karena orang tua dah tua dan butuh perhatian yang lebih, ga ada salahnya kita merhatiin mereka seperti apa yang mereka inginkan. Toh, sebenarnya ini harus kita lakuin karena mereka dah merhatiin kita hingga sekarang. Salah satu caranya, ngomong! Emang sih, kadang kita bingung mau ngomong apa. Salah-salah , mereka malah sakit hati lagi. Tapi, semuanya harus dicoba. Minimal, sapa keadaan mereka. Walau hanya sapaan biasa mereka senang lho… oh iya, mungkin sekarang akhwat IC udah jarang kan curhat ama orang tua? Nah, kini saatnya curhat lagi kayak dulu. Ya, sekedar curhatan kecil juga ga apa-apa kok. Yang penting kan mereka menganggap kita masih butuhin mereka walaupun kita dah gede. Kalo kita dah sering ngobrol ama mereka. Kini saatnya untuk nyari tahu apa sih yang mereka inginkan dari kita, kalo ketahuan cobalah untuk menyenangkan mereka. Pasti kalian juga ikut seneng kalo orang tua kalian seneng kan? Nah, kalo dah kayak gini kan kita jadi deket deh…
Doa untuk diberi kesabaran
Yup, setelah segala daya dan upaya telah kita coba, kembali kita serahkan semuanya sama Allah tercinta. Karena akhirnya Dia jualah yang menentukan. Kalo emang semua yang udah kita coba gagal, jangan putus asa. Karena mungkin emang belom pas timing-nya. Terus, introspeksi lagi, mungkin ada cara kita yang kurang hasan. Mungkin kita masih kurang ikhlas atau kurang sabar. Dekatkan diri padaNya. Banyak-banyak berdoa sama Allah. Minta dikasih lebih banyak kesabaran, karena emang ga mudah menghadapi orang tua. Perlu diingat, kalo kita minta dikasih kesabaran ama Allah, kita malah bakal dikasih cobaan kesebaran yang banyaaak banget! Karena Allah pengen kita belajar bersabar. Jadi, kalo misalnya cobaannya justru tambah banyak, jangan langsung men-judge Allah ga ngabulin doa kita. Justru Allah sayang banget ama kita. Kalo kita nyerahin semuanya ama Allah, semua akan terasa lebih mudah. Oh ya, kalo kita deket ama Allah, bisa jadi orang tua kita jadi seneng. Orang tua mana sih yang ga seneng punya anak shalih(ah)? Nah… kan makin gampang tuh PDKT kita.
Pokoknya, udah ga jaman lagi deh, kalo kita masih sleek ama ornag tua! Perlakukanlah mereka sebaik-baiknyaselagi mereka ada bersama kita. Jangan sampe nyesel karena penyesalan selalu datang di akhir. Inget wiseword ini; segala sesuatu terasa berharga bila sudah tiada.
Wassalamualaikum!

Tidak ada komentar: